Artikel berjudul “Jajanan Mengandung Lemak Trans Tinggi” ini mengungkapkan kekhawatiran akan kandungan lemak trans yang tinggi dalam jajanan tradisional Indonesia. Situs detik mencatat bahwa penelitian menunjukkan sebagian besar jajanan seperti gorengan dan kue-kue tradisional mengandung tingkat lemak trans yang melebihi batas aman yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Apa Itu Lemak Trans Tinggi?

Lemak trans tinggi, yang dikenal sebagai lemak tak sehat, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan berkontribusi pada masalah kesehatan lainnya. Dengan mengambil informasi dari situs detik, artikel ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kandungan lemak trans dalam jajanan sehari-hari dan perlunya upaya untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans guna menjaga kesehatan.

Daftar Jajanan yang Mengandung Lemak Tinggi

Sebagaimana diuraikan pada laman Detik, berikut ini adalah daftar makanan yang memiliki kandungan lemak trans melebihi batas maksimal yang ditetapkan oleh WHO yaitu 2% atau 2 gram per 100 gram total lemak:

  1. Kategori Makanan Kemasan

Biskuit pai domestik: Tinggi lemak trans dengan 9,34 gram per 100 gram lemak.
Wafer cokelat isi cokelat impor: Mengandung 2,38 gram lemak trans per 100 gram lemak.
Keik Red Velvet buatan lokal: Sebanyak 2,33 gram lemak trans per 100 gram lemak.

2. Kategori Lemak dan Minyak

Shortening atau mentega putih lokal: Mengandung 4,21 gram lemak trans per 100 gram lemak.
Mentega putih versi desa: 2,40 gram lemak trans per 100 gram lemak.
Campuran margarin dan mentega: Sangat tinggi dengan 22,68 gram lemak trans per 100 gram lemak.

3. Kategori Makanan Siap Saji Panggang

  • Roti maryam cokelat (versi kota): 4,50 gram lemak trans per 100 gram lemak.
  • Roti maryam cokelat (versi desa): 6,48 gram lemak trans per 100 gram lemak.
  • Martabak cokelat (kota): 4,19 gram lemak trans per 100 gram lemak.
  • Kroisan (dari toko): 2,09 gram lemak trans per 100 gram lemak.
  • Kroisan dengan isi cokelat (kemasan pabrikan): 5,34 gram lemak trans per 100 gram lemak.

Seperti yang disampaikan oleh Dr. Eva Susanti, pada salahsatu tulisan di situs detik beberapa waktu yang lalu, mengungkapkan bahwa lemak trans tidak hanya berisiko bagi kesehatan jantung tetapi juga berpengaruh pada penyakit tidak menular lain seperti diabetes dan kanker.

Selain itu, lemak trans berkontribusi pada masalah kehamilan seperti preeklampsia dan keguguran, serta mempengaruhi kondisi kesehatan lain seperti obesitas, diabetes, dan alergi. Lemak trans juga meningkatkan risiko stroke karena meningkatnya kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah.

Identifikasi Lemak Trans dalam Makanan

Bagaimana melihat atau mengetahui secara mandiri apakah sebuah jajanan tersebut mengandung lemak trans tinggi atau tidak? Nah, untuk mengetahui apakah sebuah jajanan mengandung lemak trans tinggi, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut:

  1. Baca Label Nutrisi
    Pemeriksaan label nutrisi pada kemasan adalah langkah pertama dan paling langsung. Cari informasi mengenai kandungan lemak trans. Di beberapa negara, produsen diwajibkan untuk mencantumkan jumlah lemak trans dalam produk mereka. Jika tertera angka lebih dari 0 gram per porsi, itu menandakan adanya lemak trans.
  2. Periksa Daftar Bahan
    Jika label nutrisi tidak menunjukkan secara eksplisit kandungan lemak trans, periksa daftar bahan. Hindari produk yang mengandung “minyak yang dihidrogenasi” atau “minyak yang sebagian dihidrogenasi,” karena ini adalah sumber utama lemak trans.
  3. Pilih Minyak Sehat
    Sebagai alternatif, pilih jajanan yang dibuat dengan minyak sehat seperti minyak zaitun, minyak kelapa, atau minyak alpukat yang tidak mengalami proses hidrogenasi.
  4. Pertimbangkan Asal Usul Produk
    Jajanan buatan rumah atau yang berasal dari produsen lokal dengan pengolahan minimal biasanya lebih rendah lemak trans dibandingkan dengan makanan olahan massal atau fast food.
  5. Gunakan Aplikasi Pemindai Makanan
    Beberapa aplikasi smartphone dapat membantu Anda memindai barcode produk dan memberikan informasi nutrisi, termasuk kandungan lemak trans.

Melalui langkah-langkah ini, Anda dapat lebih waspada dan memilih makanan yang lebih sehat dengan kandungan lemak trans yang lebih rendah atau bahkan tanpa lemak trans.

Berdasarkan informasi dari detik, data terbaru menunjukkan bahwa 26,7% penduduk Indonesia mengonsumsi lemak berlebih, dan banyak yang kurang berolahraga, faktor yang berkontribusi pada tingginya angka kematian dari penyakit tidak menular di negara tersebut. Dr. Eva menambahkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayuran, dan 33% dari mereka kurang aktif secara fisik. Temuan ini menekankan perlunya kebijakan kesehatan yang lebih baik dan berbasis data untuk mengatasi masalah kesehatan publik ini.

Leave a Reply